top of page

Taylor Swift Midnights 3am Edition Review

  • Writer: Ari W.P
    Ari W.P
  • Nov 22, 2022
  • 6 min read





Oh ini toh, yang Taylor sebut "a super chaotic surpise" dikalender pre-release Midnights. Sempet ada rasa ragu juga ketika Taylor ngerilis detail Midnights cuma berisikan 13 tracks. Nggak mungkin musisi-songwriter macem Taylor cuma bikin 13 lagu buat satu album. Dua jam setelah perilisan Midnights, Taylor langsung "drop everything now!" 6 tracks tambahan yang disebut "3am Edition". Ketika tengah malam (midnight) adalah waktu dimana seseorang cendrung mempertanyakan segala hal, membayangkan balas dendam, pemikiran-pemikiran yang muncul di jam 3 dini hari lebih gelap, refeleksi akan diri sendiri yang lebih ekstrim. Hayo, ada yang pernah ngalamin juga?



Bagi yang belum baca review album Midnights, bisa baca disini.



The Great War.

Aaron Dessner berhasil membuktikan bahwa musisi indie-folk centered seperti dirinya mampu untuk berintegerasi dengan musik Pop. Lirik penuh dengan penggambaran kematian, darah, metafora kekerasan fisik benar-benar peak songwriting a la Taylor dan Dessner. Sedikit mengingatkan gue pada ivy dari album evermore. Walaupun memang, The Great War tidak berhubungan dengan kisah di ivy, The Great War bisa jadi prolog sebelum ivy terjadi. Peperangan dalam hubungan yang sudah tidak bisa didamaikan, kemudian si perempuan akhirnya jatuh cinta dengan orang lain ketika suaminya meninggal di medan perang.


Nggak cuma liriknya yang full metafora, tapi daari judulnya juga menceritakan keadaan hanya dalam tiga kata. Sekalipun ada yang menang dan kalah, peperangan akan merugikan semua pihak yang terlibat. Entah warga sipil, kerugian materiil, dan jatuhnya nyawa para tentara perang. Dalam hubungan ini, kedua pihak merasakan sakit yang hebat. Mau perangnya berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu, atau bertahun-tahun, pada akhirnya tetap ada bagian yang merugi.



Bigger Than The Whole Sky.

Setelah mendapati luka-luka pasca perang di The Great War, Taylor sudah siap melepas pasangan. Terlepas berjalannya hubungan tersebut tidak lama, Taylor tetap menganggap hubungan yang mereka pernah miliki bersama ini is a huge deal. Si pasangan dianggap sepenting itu. Kebahagiaan yang Taylor rasakan selama berada bersama si mantan pasangan nggak ada tandingannya. Diutarakan dengan lirik "Did some bird flap its wings over in Asia?", si burung adalah metafora untuk short-term relationshipnya. Ketika ada burung yang terbang, dimata manusia biasa, hal ini bukan hal yang aneh. It's what they always do, and not a big deal. Seperti respon media dan publik yang nggak nganggep aneh setiap kali Taylor terlibat dalam short-term relationship. Dianggap "Ah biasalah namanya juga Taylor Swift, emang nggak bisa menjaga hubungan dalam waktu lama". Kemudian Asia, sebagai benua terbesar didunia, diumpamakan sebagai perasaan cinta dan kasih sayang Taylor pada si mantan pasangan. Publik dan media nggak tahu rasa sayang Taylor yang tulus ke mantan pasangannya walaupun harus berpisah.



Paris.

Dengan statusnya sebagai selebriti A list kelas dunia, Taylor nggak bisa dengan bebas kencan kesana-kemari tanpa diikuti paparazzi. Maka dari itu, di Paris, Taylor suka menghibur dirinya sendiri dengan menganggap kencan-kencan kecilnya dirumah, dilokasi-lokasi yang biasa aja, seolah-olah jadi kencan mewah, manis, romantis di Paris.


Taylor juga nggak masalah dengan wine-wine murah selama ia bisa duduk, bersantai, menghabiskan waktu bersama pasangannya, Joe. Oh ya, juga disenggol hiatusnya Taylor dari sosial media di 2016 dengan lirik "Privacy sign on the door and on my page and on the whole world." Ada perasaan positive kalau hubungannya bisa baik-baik saja jika ia membatasi gangguan dunia luar akan persepsi seseorang terhadap dirinya.



High Infidelity.

Dari judulnya, sekilas, lagu ini menceritakan tentang perselingkuhan. Perselingkuhan seringkali dianggap sebagai bentuk pengkhianatan yang paling kejam dalam suatu hubungan. Kalau dilihat dari garis besarnya, Taylor merasa sudah tidak dihargai, tidak dicintai secara tulus pada masa-masa akhir hubungan tersebut. Banyak yang berspekulasi lirik "Do you really want to know where I was April 29th?" adalah momen ketika pertamakalinya Taylor bertemu Joe di Birthday Party-nya Gigi Hadid.


Namun, gue ragu sama teori ini, karena di lagu Dress, "Flashback when you met me, your buzzcut and my hair bleached" menyatakan kalau pertemuan pertama Taylor dan Joe adalah di Met Gala. Pada saat itu, Joe Alwyn belum jadi aktor yang cukup dikenal. Kehadiran Joe Met Gala-pun bertujuan untuk mempromosikan film proper pertamanya Joe, Billy Lynn’s Long Halftime Walk. Ditambah dengan fakta kalau cuma ada satu pencarian google "Joe Alwyn" disekitar tanggal dihelatnya Met Gala, setelah dihelatnya Met Gala. Statistiknya bisa diliat disini. Lagipula, kenapa Taylor harus ngesearch Joe Alwyn kalau Joe memang sudah kenal sama Gigi dkk, sampai bisa ikut birthday party-nya Gigi.


Lirik "Dragged my feet right down the aisle", mengarah ke lirik Midnight Rain, "He wanted the bride, I was making my own name". Mengungkapkan si mantan kekasih ingin menikah, namun Taylor belum siap. Selain masih mau mengejar karir, Taylor juga nggak sreg kalau menikah dengan si mantan, karena setiap mereka bertengkar, si mantan kekasih selalu mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu, selalu menghitung kesalahan-kesalahan satu sama lain. Familiar? Yup, persoalan ini pernah diceritakan di So It Goes.. dari album Reputation "You did a number on me but honestly baby, who’s counting?".



Glitch.

Nggak banyak yang bisa dibahas karena basically lagu ini tentang gimana casual friends, berakhir menjadi pasangan. Yang niatnya nggak begitu serius, eh bisa bertahan bertahun-tahun. Di Verse kedua, ada lirik "In search of glorious happenings of happenstance on someone else's playground," memberikan sedikit referensi dari lagu Better Than Revenge dari album Speak Now walaupun secara konteks nggak berkesinambungan. Selain Antonoff dan Taylor, lagu ini diproduksi oleh Sounwave yang punya history bekerja bareng penyanyi-musisi RnB dan HipHop, jadi nggak heran kalau Glitch terkesan seperti lagu yang nggak terasa seperti Taylor.


Ada sedikit detail yang unik. Lirik "I'd go back to wanting dudes who give nothing," karena saking terbiasanya dengan cowok-cowok yang nggak punya kejelasan dalam tujuan hubungannya, deep down Taylor malah merasa hubungannya yang sehat ini "aneh".



Would've Could've Should've.

Bisa dikatakan jadi salah satu lagu paling personalnya Taylor di album ini. Tanpa menyebut nama pelaku yang nggak perlu disebut, Would've Could've Should've (WCS) mengungkap bagaimana hubungan tidak sehat pada masa adolescence, walaupun sebentar bisa mengoyak mental seseorang dan mempengaruhi bagaimana orang tersebut akan melihat hubungan romansa dikemudian hari jika tidak menemukan orang yang tepat.


Pernah ga sih, punya hubungan sama orang yang lo kira bakal bisa jadi guidance lo, bisa jadi the one, yang ternyata menjadi orang yang paling menghancurkan lo? Endingnya kalau nggak nyesel ya, ngutuk diri sendiri. Sebagai album refleksi diri, WCS juga menyinggung bagaimana Taylor mengakui dulu, dirinya begitu naif dalam memandang hubungan romansa. Walaupun udah sama-sama move on, tapi bayangan-bayangan "Gimana kalau dulu gue nggak pernah pacaran sama dia? Mungkin.." atau "Harusnya dulu gue..." akan terus muncul. Nyeseknya lagi, ada sebuah konstruksi sosial yang menganggap umur 19 adalah umur terakhir dimana seseorang (terutama perempuan) masih dianggap kecil. Maka dari itu, Taylor nggak hanya nyesel soal gimana dirinya begitu percaya sama si devil ini tapi juga girlhood (masa-masa remaja perempuan) yang nggak bisa dinikmati sebelum ia berkepala dua karena harus ngurusin traumanya dari hubungannya dengan si mantan ini.



Dear Reader.

Might be an unpopular one, tapi rasanya ini salah satu closer track terbaik Taylor sepanjang karirnya. Pernah dengar istilah "Lihatlah apa yang disampaikan, bukan siapa yang menyampaikan,"? Taylor bukanlah orang yang perfect dalam segala hal, namun nggak bisa disanggah kalau nasihat-masukannya memang benar berguna dan bagus seperti;


"Nggak perlu dijawab kalau walau ditanya",

"Lakuin sebaik mungkin jika kamu ingin, namun harus bisa tegas jika (keadaan) membutuhkan",

"Rahasia-rahasiamu adalah hal paling berharga",


Walaupun bukan narasi storytelling lyrics a la Swift, namun lagu ini terasa unik karena produksinya yang seakan-akan lagu lama yang sering kita dengar dari tahun 2000an, namun terasa jauh.


Taylor benar-benar menekankan kalau kita cukup dengerin nasihatnya aja, karena terkadang, orang-orang nggak akan mendengarkan suatu nasihan ketika tahu siapa yang memberikan nasihat tersebut, tanpa mengakui kalau nasihatnya bersifat benar. Ini cukup relate dengan apa yang sering terjadi di masyarakat sekarang. Seringkali kita menghadapi, meresap suatu hal, kejadian, atau peristiwa yang berhubungan dengan seseorang, cendrung pandering ke mayoritas pendapat publik. Walaupun arti ini tidak intentional atau disebut langsung dalam Dear Reader, layaknya ini sebagai nasihat tambahan dari Swift untuk tetap melihat sesuatu dari berbagai sisi.





Sebenernya ada satu track lagi yaitu Hits Different yang ada di Target Exclusive. Tapi karena lagunya belum keluar di Spotify, rasanya enggak adil kalau langsung dibahas tanpa ada versi streaming dari Taylor-nya sendiri. Sedikit berkomentar, kalau seharusnya Hits Different dimasukkan saja di regular tracks dari Midnights karena berasa banget vibes All You Had To Do Was Stay-nya ehehe. Banyak yang berpendapat kalau 3am Edition tracks lebih solid daripada tracks-tracks regulernya, namun gue kurang setuju. 3am Edition dipisahkan dari reguler albumnya karena memang ini lagu-lagu dengan ide yang nggak setiap malam akan lewat dibenak kita. Memang, secara lirik, ada beberapa tracks seperti WCS dan The Great War yang akan ngebuat kualitas album Midnights lebih bagus lagi, tapi Taylor did it for a reason. Label "Synth-pop" juga lebih kental jika Taylor menambahkan Paris pada Midnights reguler, namun nggak setiap saat kita bakal mikirin kencan lowkey-sederhana kita sebagai kencan mewah, ya kan? Self-reflection itu bagus, namun juga nggak akan sehat jika dilakukan setiap hari pada jam 3 pagi.


Tidur woy, tidur!





Komentáře


bottom of page