Bullet Train Review
- Ari W.P
- Sep 2, 2022
- 3 min read

Awalnya cukup skeptikal sama film ini berhubung posternya nggak banget dan kayak main-main. But eventually I gave it a try. So here's the review.
Disclaimer: Tulisan ini nggak mengandung spoiler. Aman buat kamu yang belum nonton dan masih mau baca-baca reviewnya dulu.
Masuk ke 30 menit film, gue belum juga mengerti apa esensi dari misi yang dijalankan ladybug dan disisi lain juga nggak paham kenapa Lemon dan Tangerine kayaknya ribeeet banget. Banyak banget pertanyaan yang bermunculan dimenit-menit awal film berjalan. Sempet mikir kalau film ini bakal kayak The Commuter-nya Liam Neeson tapi versi banyolnya karena garis besar plotnya mirip. Seorang agen dipekerjakan untuk mencuri koper yang berisi uang kotor namun musuhnya juga mengincar koper tersebut dan berkonflik didalam kereta sambil mengejar waktu.
Sebenernya plot film ini generik, tapi mulai pertengahan film baru berasa serunya Bullet Train ini. Intinya Bullet Train menceritakan tentang 5 pembunuh bayaran yang memiliki misi yang sama. Walaupun plotnya nggak special, karakter para assassin ini unik-unik dan entertaining. Ladybug (Brad Pitt) diberikan nama ladybug karena atasannya (Sandra Bullock) menganggap Ladybug memiliki arti keberuntungan. Ladybug adalah seorang agen yang santai abis perawakannya. Ada si duo assassin yang kembar, Tangerine (Aaron Taylor-Johnson) dan Lemon (Brian Tyree Henry) yang ditugaskan untung melindungi anak White Death yang diperankan oleh Logan Lerman.

Tapi akan ada banyak masalah selagi menjalankan dua misi sekaligus; Lemon dan Tangerine juga harus melindungi koper yang diincar Prince (Joey King) dan Ladybug. Karakter Prince ini sangat manipulatif dan pinter banget akting buat dapetin apa yang dia inginkan berkat wajah dan perawakannya yang kayak anak-anak. Nggak hanya disitu, ada Wolf (Bad Bunny), mantan atlet tinju, musisi dan anggota geng mafia yang ikut menghalangi para assassins ini karena ingin balas dendam ke orang yang udah ngebunuh istrinya. Mulai akhir film penonton diperkenalkan sama The Hornet. The Hornet nggak perlu diceritain lebih banyak karena bakal ngespoil filmnya.
Ada juga karakter Kimura (Andrew Koji) yang terpaksa naik kereta karena harus membuka passcode koper sekaligus mau mencari pelaku yang mendorong anaknya dari rooftop apartemen. Anak Pak Kimura ini nggak hanya lagi kritis tapi si pelaku juga menyewa assassin untuk membunuh anak Pak Kimura kapanpun kalau Kimura nggak berhasil passcode koper tersebut. Pak Kimura juga harus menyelamatkan anaknya dari di assassin yang sedang berjaga untuk membuktikan ke bapaknya (atau Kakek dari si anak) kalau dia bisa menjaga keluarganya dari bahaya.
Nah White Death ini siapa? Tanpa ngespoil plot ceritanya, White Death ini digambarkan sebagai seseorang yang sangat powerful. Aksi-aksi dalam film karya David Leitch ini mengingatkan gue pada stylenya Tarantino namun dengan twist yang lebih ringan dan unyu-unyu. Dengan dialog antar karakter yang hampir full banyolan, Leitch berhasil men-deliver plot dengan apik.
Tapi Bullet Train bukan film untuk semua orang. Aksi-aksi yang penuh darah dan sadis, cursing yang konsisten dari awal sampai akhir film, beberapa jokes jorok yang diucapkan secara bebas, dan ada adegan hubungan badan secara sepintas diawal film, tentu nggak akan suitable buat semua kalangan. Nggak lupa dengan jenis joke yang nggak akan bikin semua orang akan ketawa karena butuh pemahaman lebih akan selera humor film ini dari sebatas memahami bahasa Inggris doang.
Tema balas dendam benar-benar ketara dan setiap karakter seolah tidak ada rasa takut untuk membunuh satu sama lain. Jadi diharapkan banget nih, buat penonton untuk nggak menelan isi film ini mentah-mentah. Untuk set, film ini nggak menghadirkan set yang ikonik ataupun wah banget karena hampir keseluruhannya berada didalam kereta (ataupun di stasiun kereta). Ada beberapa pro(s) dan con(s) dari Bullet Train:
Pro(s):
Fun-light entertainment dengan humor-humor yang bertebaran tanpa henti
Tiap karakter yang punya sifat dan karakteristik yang unik-unik,
Hubungan keluarga antara Kimura, The Elder (Bapaknya Kimura), dan anaknya Kimura, brotherhood antara Lemon dan Tangerine yang heartwarming,
Adegan sadisnya unik dan nggak bikin boring.
Con(s):
Sampai ke menit 35-40, plotnya sangat lambat
Karakter Wolf dan The Hornet yang rasanya nggak perlu-perlu amat
Tipe humor yang nggak universal
Beberapa soundtracknya nggak cocok dan overshadowing scene yang lagi ditampilkan.
Ada satu aspek yang jujur gue bingung mau ditaruh dimana karena ini sangat subjektif. Bisa jadi Pro buat beberapa orang, bisa jadi Con buat beberapa orang. Yaitu screentime yang cukup adil untuk seluruh karakter, padahal film ini bener-bener ngejual nama Brad Pitt untuk pressnya. Buat kamu yang suka film-film ringan tapi aksi yang nggak setengah-setengah, film ini cocok banget. Jangan berekspektasi tinggi karena ini seolah bukan dibuat untuk jadi mega-hit box office, ikuti aja alurnya.
7.8/10
Commentaires