Prisoners Review
- Ari W.P
- Oct 19, 2022
- 4 min read
Desperation, kebuntuan, dendam, kefanatikan, kebinasaan.

Hari Thanksgiving seharusnya menjadi hari yang bahagia, namun Tuhan berkata lain. Penculikan akan dua anak perempuan keluarga Dover dan Birch nggak sekedar penculikan anak biasanya. Seperti judulnya Prisoners berarti penjara, peristiwa penculikan Anna dan Joy membuat mereka seolah-olah terpenjara―baik secara mental, fisik, maupun emosional.
Ini semua bermulai dari keluarga Dover yang berkunjung ke rumah keluarga Birch untuk merayakan hari Thanksgiving bersama. Ketika orangtua mereka sedang menyiapkan makanan, Ralph (anak pertama Dover), Eliza (anak pertama Birch) ditugaskan untuk mengajak adik-adiknya jalan-jalan disekitar rumah. Nggak jauh dari rumah, terlihat ada van asing yang mereka yakini belum pernah terlihat berkeliaran disekitar perumahan mereka. Anna secara mendadak memanjat tangga van tersebut yang langsung digendong paksa Ralph untuk tidak mendekati kendaraan-kendaraan asing. Begitu mereka mau balik ke rumah, Ralph dan Eliza merasa kalau van itu sedang ada penghuninya. Nggak ambil pusing, mereka langsung kembali ke rumah Birch. Saat sedang ngobrol-ngobrol, Anna meminta izin ke orangtuanya dan orangtua Joy, Nancy (Viola Davis) dan Franklin (Terrance Howard), untuk mengajak Joy ke rumah untuk mencari pluit merahnya yang dirasa telah hilang. Karena dirasa dekat, orangtua mereka langsung membolehkan. Namun siapa sangka hari itu adalah hari terakhir Dover dan Birch melihat anak-anak bungsu mereka?
Berfokus kepada perjalanan Keller Dover (Hugh Jackman) yang nggak henti-hentinya mencari pelaku penculik anaknya yang tindakannya nanti akan membuatnya terancam bui. Dibantu oleh Dektektif Loki (Jake Gyllenhaal), Keller sampai pulang larut malam terus demi memburu, memantau orang-orang yang dia rasa ikut andil dalam penculikan.
Cara yang digunakan Keller ini nggak main-main, kekerasan, intimidasi, pemaksaan, semua dijabanin demi ketemu sama putri bungsunya. Nggak cuma Keller, tapi Franklin―mau nggak mau harus ikut-ikutan aksi gilanya Keller. Walaupun begitu, Franklin masih punya nalar sehat. Dia beberapakali masih menegur cara Keller yang terasa terlalu ekstrim.
Seiring berjalannya waktu, Keller semakin gila dalam metode-metode yang digunakannya untuk mendapatkan jawaban. Dektektif Loki juga harus mengejar waktu karena biasanya kemungkinan korban penculikan akan selamat setelah 2x24 jam sangatlah sedikit. Belum lagi Dektektif Loki harus sabar pake banget menghadapi tingkah-tingkah Keller yang dirasa melangkahi polisi dan tidak sesuai prosedur. Ditambah lagi Dektektif Loki harus langsung turun tangan menghadapi Alex Jones, pria berumur 20an yang memiliki IQ sepantaran dengan anak umur 10 tahun yang dari awal sudah menjadi suspect utama. Menurut ibu (atau tante?) Alex, Alex ini hampir nggak berbicara, dirumahpun cuma sebatas nyapa selamat pagi atau selamat malam.
Keseluruhan ide pokok film ini terhitung biasa namun eksekusinya juara. Menjadi salah satu film crime-thriller terbaik pada dekadenya. Film bukan sekedar film, banyak banget simobilisme dan metaforanya yang bisa menjadi semacam extended point dari plot utamanya.
Prisoners, sesuai judulnya, setiap karakter utama berada didalam penjaranya masing-masing. Keller dengan keadaan psikologisnya setelah berhadapan dengan berita hilangnya anak bungsunya. Detektif Loki yang terpenjara akan pekerjaanya, terutama ketika didesak oleh Keller untuk menahan Alex satu hari lagi yang gagasan tersebut ditolak mentah-mentah oleh atasannya, ujung-ujungnya Detektif Loki harus kena amukan Keller untuk kesekian kalinya. Alex yang literally bener-bener terkurung berhari-hari dan mengalami kekerasan yang mampu merenggut nyawa. Ralph yang terpenjara dirumah untuk menjaga ibunya yang nyaris gila, dan dipaksa menjadi dewasa dadakan karena kejadian penculikan ini.
Salah satu elemen yang paling mencolok adalah labirin/maze yang secara konstan muncul dari pertengahan sampai akhir film.

Simbolisme yang sempurna akan menghasilkan film yang brilian. Villeneuve nggak main-main, selain menjadikan maze sebagai kunci utama dari jawaban-jawaban kejanggalan sepanjang film, maze ini juga berperan besar dalam salah satu adegan di akhir-akhir film.
Villeneuve memperlakukan maze ini lebih superior daripada karakter-karakternya. Bob Taylor, salah satu tersangka pelaku penculikan ini juga punya kaitan erat dengan maze. Fyi, Bob sama anehnya dengan Alex tapi Bob masih sedikit lebih bisa diajak bicara. Maka dari itu begitu rumahnya digeledah, seluruh dindingnya penuh dengan maze yang Bob gambar sendiri.

Begitu balik ke kantor kepolisian untuk memantau Bob dibalik dinding ruang interogasi, Bob asyik banget menggambar maze berlembar-lembar selama lebih dari 4 jam. Saking lamanya, atasan Detektif Loki, Pak Wedge bete dan cabut untuk pulang. Karena kesabarannya sudah diambang batas, akhirnya Detektif Loki masuk ke ruangan dan langsung to the point ke Bob, dimana Bob meninggalkan Anna dan Joy. Little did he know, adegan selanjutnya akan menjadi yang traumatis bagi seluruh petugas dikantor itu.
Nggak mau ngespill terlalu banyak, namun plot emas dari film ini ada di bagian akhir. Dimana Keller dipaksa masuk ke galian tanah yang udah dibuat oleh si pelaku, yang akhirnya menemukan pluit merah yang dicari-cari putrinya. Scene-pun dilanjut dengan adegan dimana sepertinya Dektektif Loki dan kepolisian sudah mengamankan pelaku dan menyisir penuh TKP. Begitu Dektektif Loki mau menyudahi kegiatan pemeriksaan TKP, siulan pluit menyentuh telinganya. Siulan dapat terdengar 2 kali secara jelas dan sekali yang samar-samar. Dari perspektif penonton, Detektif Loki terlihat menotice siulan pluit dan mengunci matanya, terlihat seperti tertarik untuk mengetahui sumber suara. Sebelum kita dapat melihat apakah Detektif Loki benar-benar bertindak dan menarik Keller keluar dari galian, film sudah berakhir.
Villeneuve mengutarakan bahwa ending Prisoners adalah open-ending. Secara tematis, film ini menyenggol kepercayaan dan agama. Terlihat beberapakali menyelipkan simbol-simbol agama dan kepercayaan. Salah satu quote paling penting adalah "War against god" (Perang terhadap Tuhan).



Karena ramainya teori-teori fans akan open-ending yang nggak ngasih clue sama sekali apakah Keller selamat atau tidak, Villeneuve membocorkan bahwa tim produksi sebenarnya merekam adegan setelah cut ending film kalau Detektif Loki memutuskan mendekat ke sumber suara dan menemukan Keller, namun Villeneuve merasa filmnya akan lebih baik berakhir dengan open-ending. Either way, Keller akan terus terpenjara―kalau berhasil diselamatkanpun, Keller harus menghadapi sidang atas tindakan-tindakannya yang diluar batas.
9.3/10
Comments