Where the Crawdads Sing
- Ari W.P
- Oct 6, 2022
- 3 min read

Awalnya ragu buat nonton Where the Crawdads Sing (WTCS) karena emang kurang into sama genre-genre romance-mystery gini cuma agak goyah pas liat box office-nya nyentuh lebih dari $100.000.000 (seratus juta dollar) padahal ini semacam film standalone-indie yang sekilas nggak ada yang menarik-menarik amat. So I gave it a shot.
Singkatnya, WTCS ini menceritakan sepotong kehidupan wanita muda bernama Kya (Daisy Edgar-Jones) yang tumbuh dan tinggal didaerah rawa-rawa. Masa kecil Kya jauh dari kata bahagia karena Ayahnya yang sangat abusive benar-benar mengusir orang-orang yang berada disekitar Kya. Ibunya, kakak-kakaknya semua kabur dari rumah karena tidak tahan dengan kekerasan yang terjadi setiap hari. Ayahnya juga akhirnya meninggalkan Kya sendirian.
Karena itu, Kya harus hidup mandiri dan selalu sendiri. Demi bisa menafkahi dirinya sendiri, dia sering mengumpulkan kerang-kerangan dan menjualnya ke Pak Jumpin dan istrinya, Bu Mabel. Pada suatu saat, Kya bertemu dengan anak laki-laki seumurannya, namanya Tate. Sempat menjalin hubungan dengan Tate, Kya bener-bener jatuh hati dengan Tate. Namun hari-hari bahagia Kya lagi-lagi harus berakhir karena Tate harus pergi untuk mengejar akademiknya, dan ingin mencari pekerjaan yang jelas agar tidak berakhir seperti ayahnya. Tate sempat berjanji didalam suratnya kapan ia akan kembali menemui Kya.
Hari demi hari ditunggunya, namun pada suatu titik, Kya sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Akhirnya Kya mencoba mulai melupakan Tate dan membuka hatinya kepada laki-laki lain bernama Chase Andrews. Chase ini ketiplek persis kayak bapaknya Kya, abusive habis. Bedanya, Chase jago bermulut manis. Namun pada suatu hari, Chase ditemukan meninggal dunia. Karena orang-orang Kota sudah mendengar kabar kedekatan antara Kya dan Chase, otomatis Kya dijadikan suspect utama walaupun nggak ada bukti kalau Kya sedang berada di TKP karena Kya sedang berada di Kota. Sepanjang film, kita diberi berbagai clue dan diajak berpikir siapa sih, pelaku sebenarnya? Kalau Kya tidak bersalah, gimana caranya biar Kya bisa lepas dari dugaan sebagai pembunuh?
Seperti yang mayoritas penonton sudah tau, film ini merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya Delia Owens yang sempat jadi best seller di 2018. Sebagai orang yang belum baca novelnya, tentu gue nggak akan bikin perbandingan bagusan novel atau filmnya. Tapi, bisa dikatakan filmnya berhasil melampaui ekspektasi yang nggak tinggi-tinggi amat. Awalnya dirasa bakal punya alur yang lambat, terlalu banyak adegan yang nggak penting atau hal-hal ngeselin lainnya, namun film ini punya porsi yang pas.
Walaupun cukup puas dengan film garapan Reese Whiterspoon ini, tentu akan ada beberapa pros dan cons yang rasanya bisa dibahas.
Pros:
- Alurnya ngggak bertele-tele,
- Akting Edgar-Jones yang kece abis,
- Set ala tahun 60-80an yang apik,
- Soundtrack "Carolina" yang berhasil mencekam para pendengarnya.
Cons:
- Alurnya mudah ditebak (plot twist yang sedikit terbongkar sebelum reveal scenenya,
- Banyak dialog yang cheesy dan terlalu kaku,
- Character depth yang kurang digali. Terutama untuk karakter Pa yang cuma ditampilkan sebagai sosok Ayah yang abusive, namun penonton tidak diperlihatkan background atau alasan Pa menjadi abusive.
So far, film ini cukup meet my expectation and it is a good movie. Nggak ada sesuatu yang special atau bikin film ini standout dari film-film drama-thriller lainnya. Novelnya sendiri telah menjadi cult-classic diantara book enthusiast, namun rasanya hype film ini tidak sebanding dengan besarnya hype novelnya. Namun, untuk film stand alone indie yang promosinya nggak besar-besaran, bisa dibilang meraih kesuksesan diluar ekspektasi. Di box office, WTCS berhasil meraup $132.5 juta dollar selama masa penayangannya. Opini pribadi, film ini bukanlah film yang akan diingat 2-3 tahun kedepan, maka dari itu film ini pantas mendapatkan rating 6.5/10.
Comentarios