top of page

Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore Review

  • Writer: Ari W.P
    Ari W.P
  • Aug 12, 2022
  • 3 min read


Mumpung masih tayang di bioskop, dan baru aja kemaren Rabu nonton, sekalian deh buat reviewnya.

Edit: Kemaren, 24 April baru aja gue rewatch di bioskop demi bisa menyerap keseluruhan plot film ini.

Film ketiga dari trilogi Fantastic Beast ini cukup berbeda dari kedua pendahulunya. Yang biasanya konflik dalam plot terasa naik turun bak roller coaster, difilm terakhir ini disebut-sebut sebagai film anti-klimaks, namun nggak akan mengecewakan penontonya. Oh ya, disclaimer dulu.

Review ini mengandung spoiler dari film The Secrets of Dumbledore, dan gue disini bukan potterhead/orang yang ngerti Wizarding World, jadi perspektif-perspektif yang dituliskan disini murni hasil dari nonton trilogy Fantastic Beast aja. Beberapa perbedaan yang menonjol di film ini antara lain; seksualitas Albus Dumbledore yang terang-terangan di-explore dan kita diberi backstory tentang kisah cintanya sama Grindelwald, nuansa politik yang mendominasi, dan tentu saja perubahan aktor Grindelwald. Garis besarnya, The Secrets of Dumbledore menceritakan tentang perjuangan Dumbledore untuk menghentikan Grindelwald yang menghalalkan segala cara agar dapat terpilih sebagai ketua Wizarding World. Nah karena Dumbledore punya ‘blood pact’. Blood Pact-nya Grindelwald dan Dumbledore.

Jadi pas masih remaja, Dumbledore dan Grindelwald membuat perjanjian darah di mana mereka bersumpah untuk tidak pernah bertarung satu sama lain. Maka dari itu blood pact ini akan bereaksi kalau mereka punya thoughts, niat, atau melakukan hal yang akan menyakiti satu sama lain. Karena nggak bisa ngelawan Grindelwald sendirian, Dumbledore minta tolong ke Newt dan timnya untuk menghentikan Grindelwald secepatnya sebelum Grindelwald menghancurkan dunia sihir mereka dan dunia para muggle. Masalah utamanya bukan hanya Grindelwald yang licik, namun juga Anton Vogel, German Minister for Magic. Vogel ini getol banget buat dukung Grindelwald, whatever it takes. Bahkan sampai mencabut status tersangka Grindelwald dan membebaskanya dari segala tuduhan atas ulah-ulah dark magic-nya yang mengakibatkan banyak protes dari rakyat. Duel akhir antara Dumbledore dan Grindelwald cukup bisa membuat bulu kuduk gue berdiri, chemistry-nya kuat banget. Mana backsound effect-nya jantung mereka pula.

Di kedua film pendahulunya, sepanjang film seolah didominasi oleh Newt, sementara difilm ketiga ini pembagian screentimenya cukup adil untuk para karakter pendukung. Bisa dibilang improvement yang cukup bagus, karena difilm pendahulunya, David Yates (sutradara) seolah kesulitan untuk membuat karakter pendukungnya 'hidup’ dan me-maintain plot utama secara bersamaan. Kita juga dapat melihat sisi lain dari Credence (atau bisa disebut juga dengan nama Aurelius) yang ternyata serapuh itu, dan bagaimana perjalanya untuk bisa reunian dengan ayahnya, Abeforth. Salah satu plot yang bikin gue mau nonton The Secrets of Dumbledore, karena dari awal nonton Fantastic Beasts and Where to Find Them udah ada feeling, Credence ini korban dari kegilaan Dumbledore dan he just needs help.

Kisah romansa antara Grindelwald dan Dumbledore disajikan dengan sangat baik, mengingat LSF menghadiahi film ini rating SU (semua umur). Nggak begitu rumit untuk mengerti konflik mereka walau cuma dikasih flashback narasi dari Dumbledore yang nggak sampai 5 menit. Di pertarungan terakhir, audience bisa merasakan bagaimana mereka lowkey masih sayang satu sama lain, namun prinsip masing-masing udah nggak bisa diubah. Gue cukup terkesan dengan bagaimana kisah romansa mereka tetap jadi material penting dalam plot, namun tetap bisa mengantongi rating SU dan nggak kena cut sama sekali. Ini cukup langka mengingat kita tinggal di negara yang cukup konservatif. Now, it’s time to talk about Mads Mikkelsen as Gellert Grindelwald. Salah satu pergantian aktor yang paling kontroversial dalam beberapa tahun belakangan. Kita semua tau dong, apa yang terjadi sama Johnny Depp sampai harus kehilangan perannya jadi Grindelwald karena kasus KDRT dengan mantan istrinya. Karena itu, banyak banget yang (awalnya) kontra dengan recast aktor Grindelwald. Mads Mikkelsen sukses memainkan Grindelwald dengan sangat baik.

Setelah menonton film ini, gue mengambil kesimpulan bahwa Grindelwald-nya Depp dan Grindelwald-nya Mikkelsen punya keunggulan masing-masing yang melengkapi karakter Gellert Grindelwald. Bagi gue, Johnny memang irreplaceable dan akan selalu jadi Grindelwald kesayangan. Namun, pembawaan Mikkelsen nggak ada duanya. Tanpa riasan berlebihan, ekspresi dingin dan potongan rambut a la Hitler menyulap Grindelwald-nya Mikkelsen bak diktaktor keji yang tak kenal ampun. Grindelwald-nya Depp cendrung lebih kearah flamboyant dan cerdik, sementara Grinderwald-nya Mikkelsen lebih dingin, yang mengingatkan saya sama perannya doi pas jadi Hannibal. Mikkelsen merupakan aktor yang sempurna untuk Gellert Grindelwald.

Ending film yang cukup memuaskan, walau rasanya bisa ada perbaikan yang lebih baik lagi. Semua elemen disentuh dengan semestinya. Pertemanan, brotherhood, romance, politik, loyalty disusun dengan apik. Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore adalah film sempurna untuk menghibur akhir pekanmu.


Overall, this film is a solid 7/10

Comments


bottom of page